
Belajar dari Pernyataan Menkes soal Ukuran Celana 33 Berbahaya, Berapa Ukuran Idealnya?

SEJUK,CO,ID – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjadi sorotan, usai melontarkan pernyataan bahwa pria dengan ukuran celana jeans di atas 33 lebih cepat menghadap Allah.
Pernyataan tersebut ia sampaikan bukan bermaksud body shaming, melainkan untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya memperhatikan indikator kesehatan.
Tujuannya untuk mencegah risiko penyakit berbahaya dan menjaga kualitas hidup hingga usia lanjut.
Lantas sebenarnya, berapa ukuran lingkar pinggang serta celana yang masih dalam kategori aman?
Menanggapi pernyataan itu, dokter dan ahli gizi masyarakat Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum menjelaskan, indikator kesehatan yang mungkin dimaksud Menkes bukanlah ukuran celana secara harfiah, melainkan lingkar pinggang.
“Mungkin yang dimaksud itu lingkar pinggang. Sebab, lingkar pinggang yang normal untuk laki-laki Asia Pasifik harus di bawah 90 cm dan perempuan di bawah 80 cm,” ungkapnya kepada Kompas.com, Kamis (15/5/2025).
Sebagai gambaran umum, pria dengan lingkar pinggang normal (kurang dari 90 cm) biasanya mengenakan celana dengan ukuran antara 29 hingga 32, tergantung bentuk tubuh dan potongan celana.
Ukuran ini dapat berbeda-beda pada tiap merek, namun bisa menjadi patokan awal untuk memantau risiko kesehatan secara mandiri.
Senada dengan itu, dokter spesialis gizi dr. Christopher Andrian, M.Gizi, Sp.GK juga menekankan pentingnya memperhatikan pengukuran lingkar pinggang sebagai indikator kesehatan kasar yang bisa dilakukan di rumah.
Lingkar Pinggang Besar Bisa Masuk Kategori Obesitas Sentral
Ia menjelaskan, obesitas tidak hanya dilihat dari berat badan atau indeks massa tubuh (BMI), tetapi juga dari komposisi tubuh dan ukuran lingkar pinggang.
“Saya menilai obesitas tidak hanya dari berat badan atau BMI saja, tapi dari komposisi tubuh dan juga dari lingkar pinggang,” ujarnya.
Menurutnya, lingkar pinggang di atas 90 cm sudah tergolong mengalami obesitas sentral yang sangat berisiko bagi kesehatan.
“Laki-laki Asia bila melebihi angka tersebut, maka sudah termasuk obesitas sentral, yaitu penumpukan lemak visceral di sekitar perut yang sangat berisiko terhadap kesehatan,” jelasnya.
Lemak viseral, lanjut Christopher, berhubungan erat dengan berbagai masalah metabolik, termasuk resistensi insulin, tekanan darah tinggi, dan kadar lemak darah yang abnormal.
Bahkan, menurut panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan International Diabetes Federation (IDF), lingkar pinggang menjadi salah satu penanda utama sindrom metabolik.
Kondisi ini merupakan kumpulan faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena penyakit jantung dan diabetes tipe 2.
Sumber : KOMPAS.COM